Mengajarkan Anak Disiplin dengan Sistem Bonus



Menghukum anak saat melakukan kesalahan dengan memberi "time out" seperti yang diajarkan Nanny 911 tak sepenuhnya berhasil dan mendidik. Namun Anda bisa menerapkan sistem bonus untuk membuat anak balita untuk ikut aturan di rumah seperti jam tidur, waktu makan, atau menaati tatakrama.

Cara ini berhasil diterapkan oleh Sarah Sechan, pemain film dan MC, kepada anaknya, Rajata (5), sejak usia 3 tahun.

Pada usia 3 tahun anak sudah mulai mengerti berkomunikasi dengan orang dewasa, namun masih perlu bantuan visual. Memberikan bonus saat anak berbuat baik atau mengikuti aturan di rumah, akan menumbuhkan tanggung jawab kepada anak.

Sarah mencontohkan, berikan satu bintang jika anak mau merapikan mainannya sendiri. Berikan lagi satu bintang jika anak melahap habis makan siangnya. Pada akhir minggu, hitung jumlah bintang dan berikan hadiah sederhana, seperti cokelat (yang tidak mudah didapatnya setiap hari), atas perilaku baik anak selama seminggu penuh.

"Anak belajar berdisplin dengan cara menyenangkan dan positif, dibandingkan dengan memberikan hukuman apalagi dengan memukul saat anak tak mau makan misalnya," papar Sarah, usai menghadiri konperensi pers "100% Nutrisi untuk Buah Hati" yang diadakan MeadJohnson di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Mantan VJ MTV ini mengaku Rajata tumbuh menjadi anak yang berempati tinggi di sekolahnya. Sebagai ibu, Sarah ingin menumbuhkan bahwa segala sesuatu bisa didapatkan seseorang dengan melakukan sesuatu. Misalnya, kesenangan (hanya dengan mendapat lolipop misalkan) hanya bisa didapat dengan berusaha lebih dahulu.

Menjelang usia 5 tahun, normalnya anak sudah mulai mengerti bahasa verbal dan tak perlu lagi menerapkan sistem bonus. Karenanya, lanjut Sarah, sistem bonus bisa dihentikan saat anak berusia 5 tahun. "Rajata sudah mengerti dan bisa memahami lewat komunikasi langsung," katanya.

Mau coba cara Sarah? Pastikan Anda sebagai orangtua bisa berdisiplin dengan tidak memberi jajanan enak yang disukai anak-anak setiap hari. Jika setiap minggu Anda memberikan bonus jajanan yang sama, upaya ini tak akan berhasil.

Membuat Si Kecil Mudah Tidur



Membuat bayi cepat tidur di malam hari memang amat sulit. Perlu perjuangan ekstra agar ia bisa nyenyak tidur. Apalagi setiap bayi punya kebiasaan tidur yang berbeda. Tidak ada cara khusus untuk membuat mereka tertidur pulas.

Ada banyak sebab yang membuat anak bisa tidur. Mengetahui jam tidurnya yang rutin dan membuat nyaman lingkungan tidurnya bisa membantu Anda mengatasi masalah bayi sulit tidur.

1. Jam tidur
Bayi umumnya akan terbangun kapan pun tanpa memberikan tanda pada orangtuanya. Membuat jadwal tidur atau jam-jam rutin untuk tidur bagi bayi bisa membuat mereka tidur teratur. Namun jam tidur bayi yang satu dan yang lain tidak sama. Buatlah jam-jam tidur rutin dengan meninabobokannya di buaian pada waktu yang sama setiap harinya. Mereka akan terbiasa tidur pada jam yang Anda tentukan. Dan Anda akan tahu jam berapa ia akan bangun untuk minum atau makan.

2. Suara atau bunyi-bunyian
Setiap rumah pasti punya suara atau bunyi-bunyi tertentu, entah bunyi televisi atau bunyi kegiatan lainnya. Mungkin Anda tidak terpengaruh dengan bunyi-bunyi ini. Tetapi pendengaran bayi amat sensitif. Mereka bisa mudah terbangun oleh bunyi-bunyian itu. Sedangkan suara seperti AC, kipas angin, dan suara yang tergolong halus, mungkin tidak akan berpengaruh bayi mereka.

3. Cahaya
Menggunakan cahaya sebagai simbol atau pertanda mereka untuk tidur? Boleh saja. Jika ini rutin Anda lakukan, ia akan tahu, saat lampu dimatikan artinya ia harus tidur. Anda juga bisa mengurangi cahaya lampu (meredupkan).

4. Suhu
Perhatikan suhu ruangan atau suhu tempat ia tidur. Pakaian yang ia gunakan juga akan berpengaruh terhadap suhu tubuhnya. Misalnya, jika pakaiannya memang tipis maka gunakan selimut hangat. Udara yang terlalu dingin atau terlalu panas bisa berpengaruh pada pola tidur bayi.

5. Ayunan
Banyak bayi yang lebih mudah tertidur di ayunan, seperti di tempat tidur yang bisa diayun. Ayunan akan membuat mereka merasa nyaman dan terlindungi. Kenapa? Karena mereka seperti berada di dalam perut ibu (berayun-ayun dalam amnion).

6. Kursi goyang
Bayi dalam gendongan Anda di kursi goyang akan mudah tertidur. Tidurkan ia sambil menggendongnya di kursi goyang. Selain ia merasa lebih nyaman karena berada di dekapan ibunya, kursi goyang juga akan membantu mereka cepat tidur. Dan pulas.

7. Selimut yang hangat
Anda menidurkannya dalam dekapan Anda yang hangat, tetapi kemudian Anda memindahkannya ke tempat tidur yang dingin. Tentu saja ia akan kaget, dan terbangun. Gunakan selimut yang hangat, atau hangatkan lebih dahulu selimutnya. Sehingga saat ia diletakkan di tempat tidur, tempat tidur sudah menjadi hangat.

8. Lingkungan yang nyaman
Orangtua mungkin menjadi tidak sabar saat si kecil tidak segera tertidur. Yang harus Anda lakukan adalah menenangkan dan menyanyikannya lagu-lagu tidur. Beri juga usapan-usapan lembut untuknya.

9. Tidur bersama bayi
Percaya atau tidak, jika Anda meletakkan bayi di dekat Anda maka ia akan tertidur bersama Anda. Saat itu ia merasa nyaman karena ada yang menjaga dan melindunginya. Ketika ia terbangun, dan melihat Anda ada di sampingnya, tentu ia tak akan rewel. Anda juga tidak perlu bangun dari tempat tidur untuk menidurkannya kembali.

10. Tak perlu diangkat
Ketika mendengar bayi menangis, mungkin Anda akan terburu-buru mengangkatnya dari buaian. Dr Richard Ferber, penulis buku Solve your Child's Sleep Problem, membuat konsep tentang pelatihan tidur untuk bayi. Anda hanya perlu menenangkannya, tanpa harus mengangkatnya dari buaian tidurnya.

Melatih Si Kecil ke Kamar Mandi



Ketika si kecil sudah berusia antara 18 - 36 bulan, itulah saat Anda mulai melatihnya melakukan potty training (melatih si kecil buang air kecil atau besar di kamar mandi). Latihan ini memang tidak mudah, karena mereka sudah terbiasa untuk buang air kecil atau air besar dalam diaper atau popok. Ketika popok tak lagi dikenakan, mereka juga "lupa" menyampaikan kapan mereka ingin buang air kecil atau buang air besar.

Salah satu kesulitan mereka memberi aba-aba pada orangtuanya mungkin karena mereka tidak paham tanda-tandanya, atau tidak bisa merasakan kapan ingin buang kecil. Anda lah yang harus memperhatikan kebiasaan atau tanda-tanda mereka ingin buang air kecil.

Untuk mulai berlatih, siapkan satu hari khusus untuk mengenali kapan mereka akan buang air kecil atau buang air besar. Nah, saat tanda-tanda itu sudah terlihat, bawa segera ia ke kamar mandi untuk membiasakan diri. Bila mungkin, coba atur waktu saat mereka buang air besar. Buat mereka mengerti bahwa sudah saatnya mereka menggunakan toilet layaknya anggota keluarga yang lain.

Memang butuh waktu untuk membiasakannya. Bukan tak mungkin mereka menangis dan merasa tertekan. Anda tidak perlu memaksakan bila mereka belum siap. Ajak saja mereka untuk membiasakan diri duduk di toilet sehari dua kali, entah mereka ingin buang air atau tidak.

Berikut trik potty training dari ParentsConnect.com:

1. Buat agenda atau aturan waktu. Cari tahu kebiasaan dan kapan ia biasanya buang air besar. Misalnya sehabis makan atau setelah bangun tidur.

2. Rutinitas. Jadikan kegiatan itu sebagai rutinitas. Mungkin awalnya mereka tidak langsung bisa. Namun setelah biasa duduk dalam kursi toilet maka akan ada proses atau dorongan untuk buang air besar. Terlebih jika mereka belum buang air saat Anda mengajak ke toilet.

3. Cari kegiatan. Buang air besar butuh waktu. Jadi selagi menunggu, buat ia merasa nyaman di kamar mandi. Misalnya dengan membawa buku mewarnai, buku cerita, atau aktivitas lain yang bisa dilakukan sambil duduk di toilet.

4. Tenang. Tak perlu terburu-buru atau memaksakan anak untuk buang air kecil atau buang air besar. Anda bisa membantunya dengan, misalnya, mengelus punggungnya agar ia tidak merasa sendirian.

5. Tunda. Jika si kecil menjadi rewel dan tidak tenang, ajak ia keluar kamar mandi dan mencoba lagi beberapa jam kemudian.

6. Beri contoh. Kalau ia kembali buang air kecil atau air besar di dalam popok, ajak ia ke kamar mandi, lalu ajari ia dengan perkataan ''Lihat, dek, kotoran harus dibuang lewat toilet ini''. Ajarkan pula ia menekan tombol flush untuk menggelontor kotoran ke dalam lubang toilet.

7. Lakukan setahap demi setahap dan beri hadiah. Temani saat ia sedang "beraktivitas" di toilet, sampai ia bisa ditinggal sendiri. Setelah itu biarkan ia melakukan sendiri. Sesudahnya, tanyakan apakah ia buang air besar? Jika ia berhasil buang air besar, beri dia hadiah. Misalnya buku cerita baru.

Melahirkan Lebih Mudah dengan Cara Jongkok



Anda pasti akan menggelengkan kepala saat melihat cara suku pedalaman atau mereka yang jauh dari peradaban melahirkan bayi mereka.

Rata-rata mereka menggunakan cara yang ekstrem untuk melahirkan. Ada yang berdiri, duduk, atau bahkan jongkok. Namun Anda percaya tidak, cara yang mereka lakukan ini ternyata justru mempermudah cara melahirkan.

''Awalnya saya juga merasa bingung saat melihat proses melahirkan seperti itu. Si ibu berdiri dan berpegangan pada sebuah tiang. Tapi setelah saya mengambil pendidikan lagi, ternyata cara mereka ini baik,'' ujar dr Judi Januadi Endjun, SpOG, ahli obstetri dan ginekologi dari RSPAD, dalam talkshow dan senam yophyta yang digelar oleh Anmum Materna di Balai Sudirman, Jakarta, Sabtu (20/2/2010).

Judi mengatakan bahwa cara melahirkan yang paling baik adalah dengan berdiri, jongkok, menungging, atau miring. Cara ini membuat bayi mudah lahir karena mengikuti gaya gravitasi bumi. Ia juga mengatakan, cara yang masih terbilang ekstrem di dalam negeri itu akan mencegah bahaya kematian bayi. Sedangkan melahirkan dengan tidur terlentang justru akan memperlambat proses melahirkan.

''Posisi terlentang akan membuat bayi harus menanjak menuju ke jalan keluar rahim. Jalur rahim menjadi bergelombang,'' ujar Judi pada Kompas Female.

Cara terlentang akan menimbulkan perobekan yang besar pada lubang vagina, yang menyebabkan rahim menekan pembuluh dalam yang menuju jantung pada bayi. Akibatnya, bayi bisa kekurangan oksigen. Tak jarang bayi yang dilahirkan tidak menangis, atau meninggal akibat kekurangan oksigen.

Judi juga menyarankan agar ibu hamil kerap melakukan pekerjaan yang bisa merangsang kerja otot panggul seperti berjalan dan olahraga, agar kelahiran bayi jadi lebih mudah. Sebab sebenarnya, untuk melahirkan kerja ibu untuk mengejan hanya 10 persen dari keseluruhan proses kelahiran. Sedangkan sekitar 90 persennya adalah kerja dari otot panggul yang secara langsung akan mendorong bayi keluar dari rahim saat pembukaan jalur lahir sudah cukup.

Powered by Blogger